Tuesday, June 21, 2016

Apply Beasiswa StuNed


// Setelah mendapatkan LoA Unconditional dengan mendaftar Universitas, bila tidak ada uang untuk bayar kuliah di luar negeri, ambillah jalur beasiswa dijamin ngga akan keluar biaya untuk kuliah (masa sih pak? :p).

/ Post ini akan menceritakan tentang salah satu dongeng dalam kehidupan saya yang menjadi kenyataan, yakni menjadi Awardee Beasiswa StuNed. Jujur saja, saya baru mengetahui keberadaan beasiswa ini setelah kepo di websitenya Neso Indonesia. Ternyata ada beberapa ragam jenis beasiswa yang ditawarkan oleh Pemerintah Belanda melalui NESO (Netherlands Education Support Office), diantaranya beasiswa StuNed ini.

/ Apa itu beasiswa StuNed?? (Hasyah, pertanyaan ini mah udah ada banyak di blog-blog sebelah, basi) Oke, kalo gitu mari kita awali dengan ini...Pada Zaman dahulu, seperti yang kita ketahui, Belanda merupakan salah satu negara penjajah Indonesia, namun jangan artikan bahwa berarti kita harus membenci Belanda. Suku kata "jajah" pada kata penjajahan tersebut tidak sepenuhnya berarti negatif. Mari kita lihat sisi positifnya, karena penjajahan Belanda di Indonesia, banyak pendiri bangsa kita yang dapat menghimpun ilmu di negara Belanda (pada saat Belanda masih menjajah Indonesia dan bahkan saat Belanda sendiri belum mendapatkan kemerdekaannya), sebut saja Bung Hatta yang sekolah di Erasmus University Rotterdam; Sutan Syahrir di Amsterdam University; Sunario Sastrowardoyo di Leiden University; dan masih banyak lagi. Banyak hal yang kemudian Indonesia masih aplikasikan hingga sekarang dari peninggalan sistem dan ilmu bangsa Belanda yang menjajah lebih dari 3 abad. Setelah penjajahan oleh Belanda benar-benar berakhir dengan kesepakatan Konferensi Meja Bundar (walaupun kalo di fotonya mejanya tidak benar-benar bundar, agak lonjong dikit, liat aja kalo ngga percaya) antara Bung Hatta dengan Ratu Belanda saat itu, Belanda akhirnya mengakui kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia. Setelah itu, hubungan Belanda-Indonesia semakin berkembang hingga setelah krisis moneter, tepatnya tahun 2000, NESO masuk ke Indonesia dan memnyelenggarakan apa yang kemudian kita sebut sebagai beasiswa StuNed (Studeren in Nederland). Berdasarkan paparan dari Bu Indy (Koordinator StuNed Scholarship Programme 2016), pada tahun 2000 hingga 2012 (CMIIW), kerangka pendanaan beasiswa StuNed dari Pemerintah Belanda ke Pemerintah Indonesia adalah berupa Aid atau Bantuan, sehingga sifatnya adalah dari pemberi (Belanda) ke penerima (Indonesia) -- ibarat tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. So, dari tahun 2000-2012, mayoritas yang lolos beasiswa StuNed merupakan mereka yang sudah memiliki pengalaman kerja dan sesuai dengan bidang prioritas kerjasama bilateral Belanda-Indonesia (kebanyakan yang diterima adalah PNS dan pegawai BUMN/swasta). Namun pada tahun 2013, setelah perdana menteri Belanda berkunjung ke Indonesia untuk bertemu dengan SBY (presiden Indonesia saat itu), terjadi perubahan kerjasama bilateral antar kedua negara. Pada tahun itu, Belanda memandang bahwa Indonesia bukan lagi negara miskin yang perlu Bantuan, namun sudah menjadi negara menengah dan semi-developed country. Walhasil, kerangka pendanaan beasiswa StuNed yang tadinya berupa Bantuan berubah jadi "Partnership", sehingga posisi Belanda dan Indonesia adalah sama, tidak ada lagi tangan yang di atas yang memberi dan tangan yang di bawah yang menerima. Sasaran awardee pun juga berubah, yang tadinya mayoritas PNS/Pegawai BUMN, berubah menjadi lebih beragam, seperti profesional NGO, dosen, wartawan, dan lain sebagainya. Bahkan di tahun 2016, StuNed terbuka untuk freshgraduater dan awardee makin banyak berasal dari beragam latar belakang, salah satunya entrepreneur.

/ Proses seleksi beasiswa StuNed terbilang sederhana, hanya Seleksi Berkas Administratif saja!. Mulai tahun 2013, seleksi dengan menggunakan metode wawancara (baik tatap muka maupun by phone) ditiadakan karena melihat rekam jejak awardee-awardee sebelumnya yang memang menunjukkan kualitas yang layak untuk menjadi awardee beasiswa StuNed, sehingga tim StuNed percaya bahwa dengan seleksi berkas dengan metode sedemikian rupa, mereka dapat menghimpun orang-orang yang memang layak untuk diberi beasiswa ini. Namun demikian, walaupun terlihat sederhana (hanya seleksi berkas saja), proses seleksi beasiswa StuNed malah menjadi lebih sulit. Namun tim beasiswa StuNed percaya bahwa mereka bisa mendapatkan calon awardee yang Best of The Best, begitu setidaknya komentar Bu Indy selaku koordinator beasiswa StuNed di dalam kolom komentar facebook saya dimana post ini dishare. Saya sendiri mendaftar beasiswa StuNed sesaat setelah saya mendapatkan LoA Unconditional dari Wageningen University, saat itu sekitar Awal Maret 2016 (Note: Deadline pengumpulan berkas -- hardcopy, paling lambat adalah 1 April di tiap tahunnya; StuNed juga mewajibkan peserta untuk sudah mendapat LoA Unconditional terlebih dulu sebelum mendaftar beasiswa StuNed).

/ Pada saat mempersiapkan pendaftaran, setelah saya mengunduh format formulir pendaftaran dan format Curriculum Vitae (CV) dari website Neso Indonesia, saya mencoba untuk meminta bimbingan dari kakak angkatan saya Mas Irsyad yang merupakan awardee beasiswa StuNed tahun 2014. Karena beliau masih kuliah S2 di Belanda, diskusi kami hanya bermodal Facebook Messenger dan berkat media ciptaan Mark Zuckerberg itulah saya dapat mengisi tiap kolom dalam formulir pendaftaran dan CV dengan sempurna (terutama pada formulir pendaftaran nomor 6, yakni motivational statement yang berisi 3 pertanyaan, namun susahh sekali ngisinya). Selanjutnya menyiapkan dokumen-dokumen pelengkap sesuai dengan yang tertera di website Neso Indonesia. Namun, karena seleksinya hanya berkas administratif saja, saya berpikir bahwa saya harus all out dalam berkas-berkas saya. Sehingga selain dokumen-dokumen yang dipersyaratkan oleh NESO, saya menambahkan dokumen-dokumen lain yang mendukung CV dan formulir pendaftaran saya, seperti fotokopi sertifikat-sertifikat seminar, abstrak paper/karya ilmiah, sertifikat penghargaan, surat perjanjian beasiswa saat S1, hingga akta pendirian badan usaha yang saya miliki (kebetulan pada Juni 2015, saya mendirikan sebuah badan usaha bernama CV.Cities Plus, bersama dengan dosen saya Mas Iwan dan teman satu angkatan saya Okki). Cukup lama saya mengisi dan mempersiapkan dokumen pendaftaran beasiswa StuNed ini karena saya selalu meninjau kembali seluruh dokumen yang akan saya kirim (Jelas bro..cuma seleksi berkas administratif, antara hidup dan mati kalo kayak gini). Dan akhirnya sekitar tanggal 20-an Maret 2016, saya kirim seluruh berkas (Original dan Fotokopi) melalui jasa kurir yang saya percaya, JNE, dengan mengucap Bismillahirohmanirohim.

/ 25 Mei 2016, 09.42 di Lab Komputer PWK UGM Lt.2 Jogjakarta. Kebetulan hari itu habis di php in dosen yang katanya mau kumpul diskusi proyek pagi-pagi dan ternyata ngga jadi, yasudah ngadem aja dii labkom sambil mainan komputer desktop windows XP pentium 4 milik PWK UGM. Email saya masih dalam keadaam sign in saat sebuah email masuk ke dalam inbox primary saya. Ternyata dari StuNed dengan judul "bla bla bla - Congratulations". Saya membukanya sambil menerapkan ilmu ikhlas seikhlas-ikhlasnya. Dan ternyata email tersebut berisi pernyataan bahwa saya telah terpilih menjadi penerima beasiswa StuNed. Saya balas email itu dengan menyatakan bahwa saya terima beasiswa itu. Alhamdulillah.

/ Setelah itu, beberapa teman yang tergabung dalam grup line "Preparation Stuned" saling bertanya tentang kelolosan masing-masing. Salah satu teman juga men-share salah satu berita di kanal kompas (25/05/2016) tentang hasil seleksi beasiswa StuNed yang ternyata hanya terseleksi 60 orang saja yang berhak mendapatkan beasiswa dari StuNed (dari 5000 aplikasi yang masuk -- katanya sihh).

/ Hal selanjutnya adalah hadir di acara Welcoming Session StuNed Scholarship Programme 2016 di kantor NESO Indonesia Jakarta. Dan cerita masih berlanjut.....

UPDATE:
Pada tahun 2017 ini, panitia StuNed Scholarship Programme mulai menggunakan form aplikasi online, namun dengan persyaratan beasiswa yang masih sama. Silakan berkunjung di link berikut StuNed - Master

INFO:
Saat ini penulis merupakan penerima beasiswa (Awardee) LPDP RI, mengambil program Master in Urban Environmental Management di Wageningen University. Sebelum menerima beasiswa LPDP, penulis sudah secara sah menggugurkan diri sebagai penerima beasiswa StuNed.

________
/ Seriousilicious: 
Tips-tips agar lolos beasiswa StuNed berdasarkan feeling dan judgement pribadi saya terhadap pengalam saya yang diterima sebagai awardee StuNed 2016:
1. Bacalah dengan saksama setiap petunjuk dan kata-kata yang ada pada website NESO, formulir pendaftaran, dan form CV.
2. Pada formulir pendaftaran, yang sangat menentukan adalah pada nomor 6, yakni motivational statement yang terdiri dari 3 pertanyaan. Jawablah tiap pertanyaan dengan mengedepankan keterkaitan antara latar belakang Anda (akademis maupun non akademis), program studi tujuan Anda, bidang prioritas beasiswa StuNed, dan dampak ilmu Anda bagi Indonesia setelah Anda lulus. Kaitkan selogis, segamblang, semenarik, dan serapih mungkin!. Hal ini karena beasiswa StuNed mencari calon-calon awardee yang "Excellence" dengan standar penilaian SDM versi Belanda.
3. Pada form CV, isilah dengan memaparkan seluruh hal yang bisa maupun sedikit bisa Anda lakukan. Berikan semua pengalaman yang pernah Anda lakukan (seminar, pengalaman kerja, study field, dan lainnya). Kemudian isilah kolom-kolom yang terkait dengan skill sebanyak dan secantik mungkin. Intinya, isilah Form CV tersebut dengan hasil akhir yang mana ketika orang lain membacanya, mereka dapat berdecak kagum dan terpana melihatnya.
4. Lampirkan seluruh dokumen lain yang tidak dipersyaratkan dalam website NESO.
5. Carilah orang yang pernah jadi awardee StuNed untuk dijadikan sebagai pembimbing selama mengisi Form dan mempersiapkan dokumen pendaftaran.
6. Jangan jadi deadliners! Hal ini karena berkas-berkas hardcopy harus sudah berada di kantor NESO Indonesia (di Jakarta) paling lambat tanggal 1 April.
7. Setelah ikhtiar, bertawakallah. Lepaskan semua pikiran tentang apply beasiswa StuNed. Terapkan ilmu ikhlas.

6 comments:

  1. Halo, Kak Putra. Saya Olyvia, mahasiswi unika widya mandala surabaya, semester 6, dan berminat lanjut S2 di Belanda. Boleh minta contact person-nya, Kak? Thank you, Kak.

    ReplyDelete
  2. Mau nanya dong ka. Sebelum dpt LoA unconditional dr wageningen kita kan ditanya tuh kalo kita ngebiayain kuliah nya itu kyk gimana. Nah gmna caranya ka kaka blm tau dpt bewasiswa dr stuned kok tp udh bisa dpt LoA unconditional dr wageningen ka?
    Trus utk non-EU student kan ada syarat english profciency nya ka, itu pilih salah satu atau semuanya harus dipunya ya ka? Thank you ka.

    ReplyDelete
  3. Mau nanya dong ka. Sebelum dpt LoA unconditional dr wageningen kita kan ditanya tuh kalo kita ngebiayain kuliah nya itu kyk gimana. Nah gmna caranya ka kaka blm tau dpt bewasiswa dr stuned kok tp udh bisa dpt LoA unconditional dr wageningen ka?
    Trus utk non-EU student kan ada syarat english profciency nya ka, itu pilih salah satu atau semuanya harus dipunya ya ka? Thank you ka.

    ReplyDelete
  4. Halo, Kak Putra. Perkenalkan saya Atika. Kak, saya berminat mau ikut StuNed buat lanjut S2. Boleh minta contact person Kak Putra buat nanya-nanya? Thanks so much, Kak

    ReplyDelete
  5. Hi Putra, Saya Athila dari kantor ibu Ponti GROW: Perwakilan University of Groningen, Wageningen University, Radboud University dan Hanze. Terima kasih banyak telah menjabarkan proses pendaftaran ke Belanda dan beasiswa nya. Bagi teman2 lainnya yang mau mendaftar ke 4 kampus perwakilan kami silahkan dapat email ke info@growoffice.net . Terima kasih.

    ReplyDelete
  6. halo kak Putra, salam kenal saya Felicia, saya mau tanya, pada saat daftar, apakah menggunakan ijasah dan transkrip yang telah di translasi ke bahasa Inggris?
    lalu, apakah dokumen ijasah dan transkrip yang di upload dalam bentuk yang sudah di legalisasi (fotokopi) atau bisa dengan dokumen asli?
    Terimakasih

    ReplyDelete