Tuesday, August 30, 2016

FIRST IMPRESSION - CUACA


// 16 derajat celcius adalah suhu udara Kota Wageningen di waktu dhuha, dan hari ini (30/08/2016) suhu tertinggi adalah 22 derajat celcius. Seperti yang kita ketahui, layaknya kota-kota di Eropa, Kota Wageningen memiliki 4 musim dengan urutan SemPaGuDi (Semi-Panas-Gugur-Dingin). Musim semi dimulai pada sekitar bulan Maret-Juni, dimana kata orang, musim ini merupakan waktu terbaik untuk mengunjungi negara-negara Eropa, karena berbagai macam tumbuhan sedang berkembang dan cuacanya sangat bersahabat. Sementara saya tiba disini pada akhir musim panas yang biasanya berlangsung dari sekitar Juni-Agustus. Sekitar 2 minggu saya beradaptasi dengan hawa di Benua ini. 2 minggu itu juga, kulit tubuh mulai kering dan bibir mulai pecah-pecah. Suhu tertinggi yang pernah saya rasakan di Kota Wageningen adalah 30 derajat celcius sekitar seminggu yang lalu. Dengan suhu tersebut, hawa di Kota ini terasa sangat nyaman, namun sorotan sinar matahari membuat kenyamanan itu sirna, haha (Di Belanda, jarak matahari dengan bumi lebih dekat daripada negara-negara di garis khatulistiwa. Namun anehnya, sering beberapa kali hujan turun, baik hujan monyet (hujan rintik-rintik waktu awan mendung belum menutupi sinar matahari), hujan gerimis ringan-sedang, hingga hujan lebat. Namun hujan tersebut tidak berlangsung lama, saya merasakan paling lama sekitar 40 menit hujan berlangsung, lalu matahari kembali menyorot dataran ini, lalu hujan lagi, panas lagi, begitu seterusnya. Terkadang angin juga berhembus sepoi-sepoi dengan hawa segar dinginnya. Namun dengen semua keadaan itu, tatkala cuaca musim panas sedang bagus-bagusnya, banyak bule yang dengan asyiknya berpiknik di taman-taman kota, berjemur di pinggir Sungai Rijn, hingga berkeliling kota dengan telanjang dada. Padahal saya saja yang asalnya dari negara khatulistiwa, Indonesia, merasa kepanasan ketika suhu udara sedang tinggi-tinggi nya, apalagi ditambah sorotan sinar matahari yang sangat menyengat, haha.

Langit Musim Panas
Kedai Es Krim di Musim Panas Laris Manis, Semanis yang Jualan
Santai Kayak di Sungai
/ Kini tiba akhir bulan agustus, beberapa daun telah berguguran sedikit demi sedikit dari pepohonan di depan tiap rumah. Kata orang-orang sini, hati-hati pada saat musim gugur, karena daun-daun yang berguguran itu membuat jalanan menjadi licin, apalagi sebagian jalanan di Kota Wageningen dibuat dengan bata-bata yang disusun sedemikian rupa. Musim gugur yang biasa terjadi bulan September-sekitar awal Desember ini membawa hawa yang masih sedikit sama dengan akhir-akhir musim panas, dengan dingin yang belum terlalu ekstrim. Bagi orang-orang penikmat batang pohon, pasti akan senang dengan musim yang satu ini. Di musim ini, saya kira sangat bagus kalo hunting foto dengan angle pohon di pinggir jalan beserta daun-daun yang berguguran, apalagi di ujung senja, haseeekkk. Oiya, ngomong-ngomong tentang senja, senja di Belanda super sekali! Pemandangannya cantik sekali, cocok untuk couple-couple yang mau pre wedding gitu, hahayy. Namun semua itu akan sirna ketika memasuki Desember-Maret, masuk Musim Dingin. Sama dengan namanya, musim ini hawanya dingin, dengan suhu yang ekstrim (katanya sih, belum pernah ngalami juga, haha). Namun pada musim dingin, orang-orang bisa bermain Ice Skating di alam (bukan kayak di mal-mal Jakarta itu), rawa dan danau membeku dan menjadi wahana gratis yang diberikan oleh alam kepada penduduk disini.
Daun-Daun mulai Berguguran di Belakang Home-Car
Langit Senja di Wageningen
/ Sebagai penutup tentang cuaca, ada beberapa catatan "nggumon" (bahasa Indonesianya heran) dari saya ketika mengamati maupun berimajinasi tentang orang-orang bule. (1) Kulit Badak. Ya, penduduk asli Kota ini memiliki kulit badak (bukan secara denotasi tapi secara konotasi). Saya heran, kulit mereka bisa berada pada hawa apa saja. Waktu musim panas, sinar matahari terik sekali, hawanya sedikit lembab, anginnya sepoi-sepoi, tapi mereka masih bisa berjemur, bertelanjang dada, dan memakai pakaian-pakaian tipis. Padahal kalo di Indonesia, mau hawanya sampe 38 derajat celcius ato hanya 21 derajat celcius, orang Indonesia pasti akan memakai jaket pada saat di luar ruangan. Kemudian masuk musim dingin yang ekstrim, kulit mereka juga masih aman-aman aja, haha. (2) Daya tahan tubuh badak (sekali lagi, hanya konotasi). Penduduk Kota Wageningen, memiliki daya tahan tubuh yang tinggi. Itu terbukti dari pengalaman saya ketika melihat mereka hanya memaki celana pendek, pakaian tipis, namun hujan-hujanan lalu tetap beraktivitas seperti biasa dengan pakaian yang sama ketika hujan sudah reda dan matahari memancarkan sinarnya. Dan itu terjadi sewaktu-waktu, Luar Biasa! Begitulah laporan cuaca dari Kota Wageningen, sekian.

Bersambung...(Karakter Penduduk Kota Wagenignen)

0 comments:

Post a Comment