Wednesday, August 24, 2016

August 2016: First Impression - Fisik Kota

Groeten uit Nederland!!!


Stasiun Ede-Wageningen (Karena Kota Wageingen ngga punya Stasiun)
// Sudah hampir 3 minggu berada di tanah Belanda, tepatnya di Kota Wageningen (Mmmm..sebenernya bukan kota sih, fasilitasnya kota tapi suasananya desa). Kata orang, jika kita datang di suatu tempat yang baru, kita akan menilai sesuatu pada saat pertama kali kita menginjakkan kaki disana, ato bahasa kerennya First Impression. First Impression bisa saja berupa penilaian subjektif maupun objektif; atau bisa saja berupa judgement positif dan negatif; ato khuznudzon maupun suudzon. Kini saya bisa merangkum paling tidak 2 first impression yang saya alami selama hampir 3 minggu disini. Biar menarik, saya bagi menjadi First Impression 'Luaran' dan 'Daleman' haha.

Pemandangan Senja Kota Wageningen
 / Don't judge the book by its cover! Itulah yang kebanyakan orang bilang ketika kita sedang menilai sesuatu. Namun sekarang saya harus menilai Wageningen dari 'cover' nya ato 'Luaran' nya. Yang akan saya bahas disini adalah fisik kota, cuaca, dan karakter penduduk lokal (non pelajar/mahasiswa). Karena saya seorang perencana kota, maka hal pertama kali yang selalu saya lihat adalah tata kota di Wageningen City ini. Saya bisa bilang bahwa kota ini memiliki tata kota yang sangat baik. Bila kita memakai teori transect, maka Kota Wageningen bisa dibagi menjadi 4 potongan, yakni (1) Centrum, (2) Neighborhood Area, (3) Education Area, (4) Sub-Urban Area, (5) Rural Area. Dan bila dilanjutkan dan dihubungkan dengan kota sebelahnya (Benekkom dan Arnhem) akan ditemukan potongan sebaliknya, dari Rural Area menuju Centrum. Centrum merupakan pusat kota atau CBD, disana kita bisa mendapati berbagai macam fungsi perdagangan, jasa, kantor, hingga pusat-pusat fasilitas sosial. 


Koridor Perdagangan di Centrum
/ Di centrum, hampir seluruh fungsi bangunan dijadikan sebagai mixed use atau campuran, seperti Ruko (lantai 1 toko dan lantai 2 ke atas rumah). Di sana juga terdapat satu koridor yang lebarnya selebar Jalan besar Malioboro saja, dan setiap orang harus jalan kaki ketika melwati koridor itu. Di tiap sisinya terdapat berbagai macam toko maupun cafe yang menjajakan panganan dan minuman. Di sini orang-orang bisa duduk-duduk santai di pinggir jalan sambil menikmati segelas bier, wine maupun kopi (ketika matahari memancarkan sinarnya). Fasade dari bangunan di Wageningen keseluruhan hampir sama bentuknya dan bata merah sebagai dindingnya dibiarkan kelihatan begitu saja (jadi ngga perlu ngeluarin duit buat ngecat dinding rumah, haha).



Bus Station Wageningen City di Centrum
Nongkrong Santai di Jalan
Suasana di Pusat Kota
Pasar Terbuka

Fasade Rumah di Wageningen
/ Jika kita meninggalkan Centrum, maka kita akan masuk ke neighborhood area. Di sepanjang perjalanan menuju neighborhood area, pengguna jalan dimanjakan dengan pembagian fungsi jalan yang ciamik abis! Ada jalan khusus kendaraan bermotor (mobil dan sepeda motor), jalan khusus sepeda dan sepeda elektrik/scooter, dan jalan khusus pejalan kaki. Dan hebatnya lagi, tidak akan ditemukan satupun PKL (Pedagang Kaki Lima) di sepanjang jalan. Cuma 1 hal yang kurang adalah tidak adanya aksesibilitas bagi tuna netra (yang biasanya berwarna kuning-kuning terus ada tonjolan kecil-kecilnya itu). Oke, memasuki neighborhood area, kita mungkin akan sedikit bingung, karena bangunan rumah-rumah Kota Wageningen sangat mirip-mirip antar satu sama lainnya, sehingga kita harus tau benar lokai suatu rumah di jalan apa dan nomor berapa. Syukur disini nama jalan dan penomoran rumah bahkan blok kompleks diatur dengan sangat baik dan berurutan, sehingga tidak akan salah ngetok pintu kalo berkunjung ke salah satu rumah, haha. Selain rumah horizontal, di Kota Wageningen kita akan menemukan rumah vertikal, seperti condominium, flat, apartemen, dan lain sebagainya. Adapula student housing yang biasanya berupa apartmen maupun rumah vertikal, sebut saja Harweeg, Marijkweeg, Asterpaark, dan lainnya (yang berada 10-15 menit bersepeda dari Wageningen University) maupun Dijkgraaf, Bornsesteeg, Hoevestein, dan Asserpark (yang berada hanya 2-5 menit bersepeda dari Wageningen University). Di dalam neighborhood area pasti terdapat taman bermain, Ruang Terbuka Hijau (RTH), open space, hingga parkir mobil dan sepeda. Secara umum, kondisi perumahan dan fasilitas yang ada di Kota Wageningen sangat lengkap dan baik. Kalo bagi saya, ini sangat memenuhi kaidah-kaidah dari bukunya Urban Design Reclaimed oleh Emily Talen.



Taman di tengah-tengah lingkungan permukiman
Taman Bermain di tengah lingkungan Perumahan Vertikal
Fasade Rumah Vertikal
Suasana Lingkungan Student Housing: Earth House
Lingungkungan Student Housing: Harweeg

Signase Wageningen University
/ Setelah perjalanan yang cukup lumayan (sekitar 5-15 menit) melintasi neighborhood area, kita akan sampai pada education area, yakni areanya Wageningen University. Di sini kita akan banyak menemukan bangunan-bangunan 'aneh' yang tidak sama dengan fasade bangunan di Centrum maupun Neighborhood Area. Bagi saya, area ini cukup menyenangkan karena kita dimanjakan dengan keseimbangan antara built environment dengan natural environment. Rasanya antara bangunan dengan alam bersatu padu mewujudkan area yang menyenangkan untuk hidup. Jarak antar bangunan diatur dengan rapih dan di jarak-jarak itulah terdapat bentangan hijau rerumputan, taman-taman, public space, pekarangan besar, bahkan sungai, rawa, dan danau. Oiya di seluruh kota Wageningen terdapat banyak sekali pepohonan, termasuk juga di education area ini. Para mahasiswa bisa dengan santai belajar, ngobrol, ngebir, hingga nongkrong-nongkrong di taman-taman dan open space ini sambil menikmati sinar matahari yang sangat jarang dijumpai di negara ini. Overall, this is a perfect composition of education area which blend with nature.

Salah satu Kompleks Wageningen University (Bangunan Utama Wageningen University)
Kompleks Bangunan 'Atlas" Wageningen University
Pesta Kebun di area Wageningen University

Rumah Produksi Perkebunan
/ Jika kita mencoba meninggalkan education area, kita akan masuk ke Sub-Urban Area, dimana terdapat beberapa neighborhood area dan fasilitas sosial juga, namun lokasinya jauh dari Centrum. Setelah memasuki Sub-Urban Area, kita akan disuguhi pemandangan sawah-sawah, kebun-kebun, hingga hutan-hutan dan di saat itulah kita akan sadar bahwa kita memasuki Rural Area. Disini area perdesaannya ngga kayak di Indonesia, dimana banyak rumah-rumah gaya perdesaan, simbah-simbah naik sepeda onthel habis ngarit atau dari sawah. Rural area disini murni berupa sawah, kebun, ataupun hutan. Bila ada bangunan disana, pasti bangunan itu berfungsi untuk produksi sawah ataupun kebun. Kadang juga ada Windmill yang terkenal itu maupun Kincir Angin untuk pembangkit listrik tenaga angin.
Suasana Rural Area Kota Wageningen
Area Peternakan Domba
Kondisi Pembagian Fungsi Jalan
beserta Cekungan menuju Drainase
Pencet dulu sebelum nyebrang
/ Secara keseluruhan, tata kota di Wageningen ini sangat ciamik! Saya pikir, semua dipikirkan secara matang oleh Pemerintah Kotanya. Sebagai info aja, Walikota Wageningen saat ini merupakan lulusan Master Spatial Planning Wageningen University lho, yang saat ini saya akan jalani studinya, hehe. Oiya, ada beberapa hal yang saya kagum pada perancangan kotanya. (1) Drainase benar-benar berfungsi sebagaimana mestinya. Mereka membangunnya sesuai dengan prinsip air, yakni mengalir dari atas ke bawah. Tidak hanya sekadar membangun drainase saja, mereka juga memperhatikan tingkat cekungan dari jalan. Sehingga tiap jalan yang disisinya ada drainasenya, jalan itu masti akan agak mencekung gitu untuk mengalirkan air limpasan menuju ke drainase (dan tidak ada sampah sama sekali yang menyumbat tutupan drainasenya). (2) Signase lalu lintas ditata dengan sempurna. Mereka memikirkan setiap pengguna jalan! Terdapat lampu lalu lintas untuk kendaraan bermotor, sepeda, dan pejalan kaki sendiri. Ada simbol-simbol untuk tiap pengguna jalan. Bahkan ada simbol yang terdapat di persimpangan jalan (mereka membuatnya dengan  pengecatnya di atas jalan) berupa segitiga-segitiga, dimana jika sudut lancip segitiga itu mengarah kepada kita, maka kita harus berhenti dan memprioritaskan pengguna jalan yang akan lewat di persimpangan itu. Namun jika sisi segitiganya yang mengarah kepada kita, maka kitalah yang diprioritaskan untuk lewat terlebih dahulu. Simple but useful and safe! (3) Sampah yang dipisah-pisah dan memang begitu pelaksanannya. (4) Material jalan yang berbeda-beda. Material dan warna jalan untuk kendaraan bermotor akan berbeda dengan material dan warna jalan untuk jalur sepeda dan pejalan kaki. Material untuk pejalan kaki biasanya berupa paving kotak-kotak berwarna abu-abu, jalur sepeda materialnya paving blok kotak-kotak dengan warna merah, dan jalur kendaraan bermotor materialnya berupa aspal kasar berwarna hitam keabu-abuan. Namun di Centrum, kita akan mendapati material jalannya berupa batu bata merah yang disusun dengan baik, hingga kuat untuk dilewati oleh truk-truk container besar yang biasanya lewat untuk logistik barang di toko tertentu. Semua tertata dengan baik, dan itu adalah sesatu yang perlu dicontoh untuk tata kota Indonesia!


Pembagian Fungsi Jalan
Signase Jalan berupa tiang-tiang maupun lambang-lambang di atas jalan



bersambung..

0 comments:

Post a Comment