Tuesday, June 21, 2016

Mendaftar Universitas, Bagai Beli Baju Obral


// Setelah belajar bahasa IELTS dan punya sertifikat sakti kemampuan bahasa inggris (--IELTS), kita punya 2 pilihan, apakah mau apply beasiswa atau universitas terlebih dulu. Dalam hal ini, saya memilih untuk mendaftar universitas terlebih dulu.
/ Sedikit flashback…Sebelum saya ke Kampung Inggris pada akhir tahun 2015, saya mencoba mendaftar ke universitas di Belanda (Kenapa Belanda? Jujur saja Universitas tujuan keinginan saya adalah MIT di USA, tapi saya sadari kapasitas saya dalam berbahasa inggris, jadi ya realistis saja mendaftar ke Universitas yang admisinya lebih mudah tanpa harus mempelajari  bahasa lokal, dalam hal ini Universitas-Universitas di Belanda). Mendaftar S2 di Universitas-Universitas di Belanda menurut saya sangat mudah. Tinggal cari saja program studi yang diinginkan di website Studyfinder.nl, lalu lihat detail dan seluk beluk program studi serta Universitasnya. Pada tahapan ini saya melakukan pembandingan Universitas terlebih dahulu melalui rangking Universitas, spesialisasi program studi, dan lain sebagainya.
/ Pada awalnya, saya membidik Groningen University dengan program studi Environmental and Infrastructure Planning. Setelah melakukan pendaftaran melalui studielink.nl dan kemudian website universitas (di beberapa pendaftaran Universitas di Belanda, sebelum mendaftar melalui website universitas, kita perlu mendaftar terlebih dulu di website studielink.nl), saya menunggu hasil pendaftaran. Sekitar 4 minggu (1 bulan) saya mendapatkan LoA Conditional (sebuah surat pernyataan bahwa kita diterima di Universitas dengan program studi tujuan kita, namun ada syarat-syarat yang harus kita penuhi). Saya hanya mendapatkan LoA Conditonal karena saat itu saya belum dapat melampirkan sertifikat kemampuan bahasa inggris (IELTS/TOEFL iBT) karena memang saya belum melakukan tes bahasa inggris. Setelah mendapatkan LoA Conditional dari Groningen University, saya mulai sedikit ragu dengan syarat bahasa inggrisnya yang mensyaratkan bahwa nilai keseluruhan skor IELTS 6, namun untuk skor sub-test writing harus di atas 6,5. Akhirnya saya mencoba alternatif universitas lainnya, masih di Belanda juga, yaitu Wageningen University.
_________
/ Intermezzo: Pada saat belum mendapatkan LoA Conditional dari Groningen University, saya mencoba berangkat ke salah satu road show pameran studi di eropa (Study in Europe) di sebuah hotel di Jogjakarta, ini diselenggarakan pada akhir November 2015. Disana saya masuk ke booth Groningen University dan disanalah saya pertama kali bertemu dengan salah satu representatif Groningen University di Indonesia, Ibu Ponti Caroline (Ibu yang satu ini orang Indo lho). Setelah saya menceritakan hasil pendaftaran saya di Groningen University (atau biasa disingkat RuG), beliau langsung memberikan kartu namanya dan kami pun mulai berkomunikasi melalui email, dan kemudian telepon dan WA. Ternyata untuk Groningen dan Wageningen University memiliki representatif tunggal di Indonesia dengan nama GROW (GROningen-Wageningen University) yang memiliki basecamp di Jakarta. Jujur saja, dengan adanya lembaga ini, proses pendaftaran dan FAQ personal menjadi lebih mudah. Ibu Ponti juga sangat peduli dengan proses pendaftaran saya, hingga pernah saya ditelepon olehnya hanya untuk memastikan apakah saya sudah mendapatkan LoA Conditional. Bagi yang ingin mendaftar ke Groningen ataupun Wageningen University bisa menghubungi GROW melalui email (info2@growoffice.net).
/ Berbekal informasi dari Hafi (nama ini muncul lagi) yang sudah mendaftar di Wageningen University (atau biasa disingkat WuR), saya mencoba mendaftar juga ke WuR tanpa sertifikat kemampuan bahasa inggris. Namun cara pendaftarannya berbeda, kita tidak perlu mendaftar terlebih dulu ke studielink.nl, sehingga langsung saja mengisi admisi di borang universitas yang dinamakan ‘STARS’. Setelah mendaftar, kurang lebih 4 minggu kemudian (awal Januari 2016) saya mendapatkan LoA Conditional dari WuR. Jadilah saya mengantongi 2 LoA Conditional dari 2 Universitas di Belanda.
/ Kemudian,setelah mendapatkan sertifikat IELTS, saya langsung mengirim scan sertifikatnya ke kedua Universitas tersebut melalui email yang ditujukan ke Universitas (prosedurnya mungkin berbeda-beda. Namun mayoritas Universitas di Belanda, mereka akan mengontak kita via email melalui staf-staf nya di bagian International Students/Students Admission/International Marketing dan lain sebagainya, sehingga kita tinggal kirim email kekurangan dokumen kesana saja dan pasti akan dibalas). Groningen University membalas email saya dan menyatakan bahwa mereka tidak bisa membantu admisi saya bila skor sub-test IELTS nya ada yang dibawah skor yang dipersyaratkan oleh Universitas. Yasudah, saya tidak jadi masuk ke program Master of Environmental and Infrastructure Planning Groningen University dan mengajukan pengunduran diri. Lalu pada akhir Februari 2016 datanglah email balasan dari Wageningen University dan memberikan saya LoA Unconditional (Surat diterima dari Universitas yang menyatakan bahwa kita sudah diterima sepenuhunya oleh Universitas dan telah memenuhi syarat admisi Universitas).
_________
Intermezzo: Untuk Groningen University dan mungkin Universitas di Belanda lainnya yang mengaharuskan prospective students untuk daftar dulu di studielink.nl, apabila mengundurkan diri dari admisi, langkah pertama yang harus kita lakukan adalah sebagai berikut: 1. Masuk ke akun studielink kita dan klik withdraw (untuk membatalkan proses admisi); 2. Beritahu Universitas (melalui email) bahwa kita mengajukan pengunduran diri dan telah melakukan withdraw admisi kita di dalam studielink. Biasanya pihak Universitas tidak terlalu masalah dengan hal pengunduran diri ini, sudah biasa katanya. Lalu mengapa ini harus dilakukan? Kalo tidak dilakukan, maka kita akan terus mendapat email-email dari Universitas tersebut, baik email promosi, welcoming, newsletter, bahkan email yang menyangkut proses admisi, funding, dan akademik.
/ Namun, walaupun sudah punya LoA Unconditional dari Wageningen University dengan program studi Urban Environmental Management, saya masih belum terlalu sreg dengan universitas tersebut karena kabarnya universitas tersebut berada di daerah perdesaan yang dikelilingi oleh sawah-sawah dan sapi-sapi (Masa jauh-jauh ke Belanda cuma mau lihat sawah sama sapi? Kayak gitu mah ada di Jogja, pikir saya saat itu). Walhasil, saya (dengan sedikit sombong karena sudah memiliki sertifikat dan skor IELTS yang sudah cukup untuk menembus kampus-kampus di Eropa) mencoba untuk mendaftar juga di 2 Universitas lain di Belanda, yakni Twente University dan Erasmus University Rotterdam. Mengapa 2 universitas tersebut? Karena admisinya mudah dan persyaratannya juga dapat saya penuhi. Khusus untuk Erasmus University Rotterdam, saya pilih karena tanggal mulai kuliahnya 3 Oktober 2016, hal ini berkaitan dengan beasiswa yang akan saya ambil nantinya, yakni Beasiswa LPDP dan menjadi salah satu strategi saya (akan diceritakan nanti). Singkat cerita, pada awal maret 2016, saya mendapat LoA Unconditional dari Twente University dengan program studi Urban Planning and Management dan akhir maret 2016 saya mendapat LoA Unconditional dari Erasmus University Rotterdam melalui IHS (Institute for Housing and Development Studies) dengan program studi Urban Management dan Development. Sehingga pada akhirnya saya mendapatkan 3 LoA Unconditional dari 3 Universitas yang berbeda. Dan semua itu berkat satu kata "ISENG".
_________
Intermezzo: Kata "ISENG" adalah hal yang tidak patut dilakukan (dan dicontoh) saat melalukan pendaftaran ke Universitas dengan program studi yang kita pilih. Ini karena ketika kita sudah diterima penuh oleh universitas tersebut, kita akan bingung atau kurang tertarik lagi (seperti saat saya dapat LoA Unconditional dari Wageningen University). Parahnya lagi, bila ternyata mata kuliah maupun fokus program studi yang kita ambil tidak sesuai dengan passion atau minat kita. So, sebelum mendaftar ke universitas maupun program studi tujuan, pastikan kita sudah membandingkan universitas dan program studi tujuan dengan yang lainnya di negara yang sama maupun beda negara (Hal ini penting!). Yang tidak kalah penting adalah, pelajari secara mendalam universitas dan program studi yang akan dituju. Lihatlah data-data yang disediakan di dalam website program studi, bacalah handbook akdemik, brosur, research interest, profil pengajar, dan lain sebagainya. Tambahan lagi, kalo ada teman yang sudah atau sedang ambil kuliah di negara atau universitas tersebut, cobalah bertanya pada mereka dan mintalah preferensi dan referensi terkait negara, universitas, hingga program studi yang ingin dituju (saya juga melalukan hal ini).
/ Setelah mendapat LoA Unconditional dari Universitas, Apa hal selanjutnya yang perlu dilakukan?! LoA Unconditional kita tidak akan berguna bila kita tidak sanggup bayar uang kuliah (tuition fee) (Gimana mau bayar uang kuliah, mikir beli tiket kesananya bayar pakek duit darimana aja susah). So, hal yang harus dilakukan selanjutnya adalah jadilah SCHOLARSHIP HUNTER!
/ Saya sendiri saat itu berencana untuk apply 2 beasiswa sekaligus, yakni StuNed dan LPDP (Biar kalo satunya ngga lolos, paling ngga masih ada cadangan beasiswa lainnya :D). Cerita selanjutnya akan berkaitan dengan kedua beasiswa ini. Dan yang akan saya ceritakan terlebih dulu adalah Apply Beasiswa StuNed.

5 comments:

  1. hallo mas.. saya Meissha. Bolehkah saya minta kontak pribadi/alamat emailnya? Ada yang mau saya tanyakan terkait detail pendaftaran ke Groningen Univ. Terimakasih banyak. Salam

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hallo mba meissha, untuk kontak email GROW bisa email ke info2@growoffice.net / ponti.caroline@growoffice.net.

      Untuk no kantornya di 021 57931651

      Semoga bermanfaat.

      Delete
  2. Thank you. Infonya sangat bermanfaat 😊

    ReplyDelete
  3. Thanks for the post and great tips: even I also think that hard work is the most important aspect of getting success. Universitas Terkenal di Tangerang

    ReplyDelete
  4. Mas, kalo boleh tau ketika daftar di 3 universitas tersebut apakah ada application fee nya? Jika ada berapa? Terima kasih

    ReplyDelete