Saturday, October 14, 2017

Perbincangan

Sebelum terlanjur, saya sarankan untuk tidak membaca tulisan ini. Tapi kalau benar-benar ingin membacanya, silakan menerka apa makna dibalik cerita yang ada dalam tulisan ini.

Di dalam sebuah bus menuju stasiun ada dua ibu-ibu paruh baya yang sedang asyik berbincang. Entah apa yang mereka obrolkan karena hanya terdengar suara-suara obrolan dari sana tanpa ada makna yang bisa tertangkap. Saya hanya bisa melihat betapa antusiasnya mereka berbincang hingga tak terasa 3 halte sudah terlewati. Terkadang salah satu dari mereka menoleh ke arah layar petunjuk pemberhentian selanjutnya dengan mengucapkan "sorry" kepada lawan bicaranya sebelum menoleh. Mereka selalu mendengarkan lawan bicaranya dengan seksama tanpa berinterupsi saat lawan bicaranya tengah bicara. Walaupun kadang tangan dari ibu yang menggunakan topi merah itu mencoba untuk mengusir seekor lalat kecil yang dari tadi sibuk mengitari kursinya yang berada di dekat jendela. Mungkin saja lalat kecil itu ingin mendengarkan juga obrolan asyik yang sedang digumamkan oleh kedua ibu-ibu tersebut. Terkadang juga ibu yang membawa tas biru yang berada disebelahnya, tersenyum lebar hingga terlihat gigi taringnya yang kekuningan. Sesekali seorang perempuan remaja yang berada di seberangnya menoleh ke kedua ibu-ibu itu dan tersenyum kecil sambil mengibaskan rambut cokelatnya. Saya meyakini obrolan keduanya menyangkut tentang sesuatu yang berkaitan dengan perempuan. Entah perawatan wajah, rambut, atau kuku. Mungkin juga mereka sedang membicarakan tentang asesoris yang sedang menjadi tren. Tanpa menghiraukan hal-hal buruk yang sedang terjadi di luar sana. Tentang perempuan yang lusuh wajahnya, rambutnya, bahkan kukunya. Tentang perempaun yang menjadikan luka di kulit menjadi asesorisnya. Meskipun begitu, kedua ibu itu tetap melanjutkan perbincangannya.

Tidak terasa, bus berhenti di halte ke-7, saat dimana akhirnya lalat kecil yang dari tadi berputar-putar di bus keluar melalui pintu yang terbuka secara otomatis itu. Mungkin saja ia agak lelah untuk terbang dari rumahnya menuju entah tempat mana di sekitaran halte itu. Sehingga ia memutuskan untuk lebih baik naik bus daripada terbang dan akhirnya mati di tengah jalan. Walaupun dari tadi ia agak tidak nyaman karena tangan seorang ibu-ibu yang sedang asyik berbincang mencoba untuk menolak kehadirannya. Ketika pintu bus tertutup, salah seorang di antara penumpang bus mengeluarkan telepon genggamnya dan mulai tersenyum-senyum sendiri. Walaupun kadang ia mencoba untuk menahannya karena mungkin agar tidak dikira gila. Tapi beberapa orang lain di antara penumpang bus juga melakukan hal yang sama. Hanya seorang perempuan seusia saya yang masuk di halte ke-5 dan duduk di dekat jendela yang memilih untuk melihat pemandangan di luar bus sambil sesekali memperlihatkan senyum kecilnya, kecil sekali hingga kadang saya tidak tau apakah itu senyuman atau memang bawaan dari mimik wajah. Mungkin saja ia sedang melamunkan pertemuan dengan kekasihnya yang sudah menunggunya di kota lain yang dilewati oleh kereta yang berasal dari pemberhentian akhir bus ini. Bisa juga ia sedang memanggil kembali memori-memori indahnya saat sedang bermain bersama ayahnya ketika cuaca sedang cerah-cerahnya, seperti hari ini.

Hingga semua orang menghentikan semua kegiatannya, ketika ada suara robot dari dalam bus yang memberitahu bahwa bus sudah mendekati halte stasiun, tujuan bus itu. Tak terkecuali kedua ibu yang asyik berbincang tadi. Ketika itu juga beberapa penumpang memasukkan telepon genggam mereka ke dalam saku ataupun tas untuk bersiap turun dari bus. Perempuan yang sedari tadi berada di seberang kedua ibu-ibu itu juga terlihat akan turun di halte berikutnya. Sambil menghempaskan rambut cokelatnya keluar dari jaket abu-abunya, ia melirik keluar, lalu menutup jaketnya dan berdiri mendekati pintu. Saat itu juga ada 2 anak kecil sedang bersepeda di dekat jalan yang sedang dilalui oleh bus ini. Mungkin saja mereka adalah kakak adik yang disuruh ibunya untuk beli daging di toko dekat stasiun. Salah satu dari mereka mengenakan rompi biru dan berada di belakang yang menggunakan rompi pink. Tak beberapa lama, muncul suara dari lantai bus yang berwarna biru bercorak biru muda dan cokelat itu. Tapak demi tapak dilalui oleh setiap penumpang untuk keluar dari bus. Semuanya berjalan menuju stasiun kecil itu. Semuanya ingin naik kereta menuju kemana saja. Lalu bagaiman dengan saya? Jangan terlalu memedulikan saya. Sudah begitu saja, kata mereka.

0 comments:

Post a Comment